Nama ponsel pintar besutan Oppo yang satu ini cukup unik dan penyebutannya juga bisa macam-macam. Ada yang menyebut Oppo-A-Satu-Ka, Oppo-A-Wan-Kei, Oppo A1000. Ya, 1k itu seribu. Oppo one thousand, ya whatever lah! Saya sendiri menyebutnya Oppo A1k yang menurut saya lebih keren.
Ada yang unik sih dari namanya, karena tidak biasanya nama smartphone itu belakangnya pakai huruf ‘k’. Biasanya kalau tidak huruf Z, S, X, R atau I dan jarang pokoknya yang belakangnya huruf ‘k’.
Kemudian saya pun berpikir, apakah huruf ‘k’ ini mewakili dari salah satu fitur yang cukup saya suka dari smartphone ini?
Untuk mengenal lebih jauh bagaimana spesifikasi dan fitur-fitur yang ditawarkan oleh ponsel ini maka pada kesempatan kali ini teknosentrik akan berikan review mengenai kelebihan dan kekurangan smartphone Oppo A1k. Yuk disimak dulu.
Desain bodi
Pertama kali memegang Oppo A1k saya langsung dibikin jatuh cinta oleh finishing body-nya. Dari segi desain, sebenarnya smartphone ini cukup jadul ya, karena ini ‘kan desain smartphone kurang lebih sekitar 1-2 tahun yang lalu.
Di mana waktu itu smartphone yang sedang tren belum yang berupa bodi glossy dan gradasi warna-warni.
Nah, Oppo A1k ini masih memakai finishing doff kemudian materialnya plastik polikarbonat dan memiliki warna merah menyala yang menurut saya sangat-sangat cakep di sini.
Ada 2 alasan kenapa saya sangat menyukai smartphone yang punya bodi doff seperti Oppo A1k ini.
Yang pertama, saya orangnya tidak terlalu resik dalam memakai smartphone. Typical tangan saya itu mudah berkeringat dan berminyak. Jadi, ketika saya memakai smartphone untuk waktu yang lama dan kepanasan, keringatnya bakal mudah menempel di bodi smartphone.
Dan ketika saya memakai smartphone dengan bodi nge-doff seperti ini akan masih terlihat bersih karena memang typicalnya tidak mudah meninggalkan bekas keringat. Ini adalah kelebihan Oppo A1k yang saya suka.
Yang kedua, saya juga typical orang yang cukup lasak dalam menggunakan smartphone. Sudah tidak terhitung pokoknya berapa kali, meskipun tidak sengaja menjatuhkan smartphone ke lantai. Lalu terbentur meja, minimal kegesrek-gesrek kunci motor saat menyimpan smartphone di saku celana.
Dengan permukaan nge-doff seperti ini, saya rasa akan lebih durable lebih tahan goresan, lebih tahan benturan dibandingkan smartphone dengan bodi glossy di mana kegesrek sedikit saja sudah muncul baret-baret halus.
Sebenarnya, kalau ingin lebih aman lagi bisa pasang jelly case bawaannya, yang punya kualitas cukup bagus tebal juga, dan yang tidak kalah penting adalah transparan. Sehingga warna asli smartphone-nya tetap kelihatan.
Kekurangan Oppo A1k dari segi bodi yang cukup mengganggu buat saya pribadi itu lebih ke penempatan tombol volume-nya yang ada di sisi kiri. Itu ‘kan terasa tidak biasa, ya biasanya ‘kan tombol volume dari smartphone itu kebanyakan ada di sisi kanan.
Nah, saat pindah ke kiri, akan terasa agak kikuk saat menekan tombolnya. Tapi overall dari segi build quality sudah oke, sudah mantap dan tidak terlalu tebal juga meskipun smartphone ini memiliki baterai yang cukup jumbo.
Review layar
Kemudian, kalau melihat sisi depannya layar smartphone-nya ini sudah dilapisi oleh screen protector bawaan dari paket penjualan.
Sebenarnya, layar ini sudah terlindungi juga oleh Corning Gorilla Glass tepatnya seri ke-3. Oke, bicara soal layar, Oppo A1k ini termasuk salah satu smartphone dengan desain waterdrop notch.
Ukuran layarnya sendiri di 6.1″, rasionya di 19.5:9 yang membuat bodinya tetap terasa compact di ukuran layar yang sebesar ini.
Ya, ukuran layar 6.1″ ini sudah sangat memuaskan pokoknya untuk menikmati konten-konten multimedia, seperti browsing, streaming atau bahkan untuk gaming juga.
Nah, deal breaker-nya itu dari sisi resolusi layardi mana Oppo A1k ini punya resolusi layar di 720p atau HD+. Jadi, dipakai untuk streaming YouTube itu mentoknya hanya di 720p.
Bahkan untuk streaming Netflix juga tidak bisa menikmati konten-konten High Definition, karena keterbatasan sertifikasi WiFi-nya yang mentok di level 3.
Tapi, untuk kebutuhan yang dasar, tampilan layar Oppo A1k ini sudah cukup oke, apalagi saat dipakai di bawah terik matahari, masih tetap kelihatan jelas kok.
Ya, bukan tanpa alasan sih, Oppo memberikan resolusi HD+di Oppo A1k ini. Yang pertama soal harganya, harganya ini ‘kan kompetitif di bawah 2 juta.
Oleh karena itu diberi layar HD+ saja yang menurut saya juga masih enak-enak saja saat dilihat. Kedua mungkin agar lebih hemat baterai. Ya, bagaimanapun juga, layar HD+ itu pasti lebih hemat baterai dibandingkan dengan layar Full HD+ ke atas.
Masih menggunakan chipset Helio P22
Salah satu kekurangan Oppo A1k yang sering jadi perbincangan mungkin dari keterbatasan dapur pacu-nya. Ternyata dapur pacu itu berpengaruh loh dengan resolusi layar smartphone.
Dan saat dicek, memang sangat benar Oppo A1k ini ternyata diotaki oleh dapur pacu yang cukup ramai dipakai smartphone entry-level sekarang yaitu Helio P22.
Nah, Helio P22 ini memang cuma support resolusi di 720p atau HD+. Ngomong-ngomong soal Helio P22, saya cukup lucu saat mendengar komentar Netizen yang bilang kalau ini chipset kentang. Padahal menurut saya konfigurasinya cukup modern loh!
Ya, Helio P22 ini ‘kan terdiri dari 8-core yang semuanya berjalan di Cortex A53. Dari segi clock speed juga cukup tinggi di 2 GHz. Dan yang paling penting dari segi fabrikasinya yang sudah 12nm. Mungkin Netizen yang bilang kalau ini chipset kentang adalah mereka yang terbiasa memakai chipset custom-core atau yang sudah berbasis Kryo yang memang sudah didesain untuk ngebut.
Tapi kalau melihat harganya, lagi-lagi Helio P22 ini masih cukup bagus untuk smartphone Oppo 2 jutaan. Mungkin yang terasa kentang alias nanggung dari hardware Oppo A1k ini lebih kepada kapasitas RAM-nya yang cuma ada 1 varian, yaitu 2GB. Ini juga menjadi salah satu kekurangan dari Oppo A1k.
Smartphone RAM 2GB harga Rp 1.8 juta agak susah bersaing ya?! Karena dengan harga yang sama, Kalian sudah bisa mendapatkan smartphone dengan RAM 3GB. Bahkan, Infinix Hot 7 Pro yang belum lama ini saya review RAM-nya itu mencapai 6GB dan mempunyai chipset yang sama yaitu Helio P22.
Nah, keterbatasan RAM inilah yang membuat manajemen aplikasinya di background cukup amburadul. Ini saya cerita ya, pengalaman pribadi saya saat pakai Oppo A1k. Jadi, waktu itu saya buka 1 aplikasi. Kemudian saya minimize. Kemudian saya buka aplikasi kedua, dan saya minimize lagi. Nah, saya sekarang ingin memanggil aplikasi pertama dari recent apps.
Eh, saat di-klik, ternyata aplikasinya sudah ter-closed. Sudah di-exit dari background. Dan, ya harus membuka aplikasi dari awal lagi yang mana itu butuh waktu dan butuh konsumsi daya yang lebih. Jadi, maaf-maaf saja ya untuk yang doyan multitasking saya agak kurang merekomendasikan Oppo A1k ini.
Performa RAM yang cuma 2 GB
Tapi untuk kinerja di dalam aplikasinya sendiri RAM 2GB ini masih cukup stabil kok. Untuk Storage, Oppo A1k ini dibekali Internal 32GB. Ya, masih cukup wajar ya untuk harga sekelasnya. Meskipun menurut saya Internal Storage 32GB itusudah sangat minimalis untuk smartphone Android sekarang.
Mengingat aplikasi dan game-game itu kapasitasnya sudah besar-besar sekali. Untungnya, masih ada slot microSD di triple-slot SIM-nya. Ya meskipun tidak bisa install aplikasi dan game juga sih di microSD tapi setidaknya, microSD ini bisa dipakai untuk menyimpan foto, musik dan juga video.
Kemampuan Oppo A1k untuk main game
Nah, untuk performa gamingnya, Helio P22 ini disandingkan dengan GPU PowerVR GE3820 yang menurut saya sudah cukup bagus untuk eksekusi game-game kelas ringan semisal game Mobile Legends yang grafisnya juga tidak terlalu 3D. Pergerakan karakternya juga masih cukup smooth.
Frame drop juga masih cukup bisa diminimalisir. Mungkin agak terasa patah-patah ketika tawuran hebat di mana di situ ‘kan visual effects-nya keluar semua. Kemudian beralih ke game yang agak lebih serius lagi grafisnya yaitu PUBG Mobile. Di sini saya mendapat setting-an grafis di Smooth-Medium. Tapi saran saya sih main di Smooth-Low saja karena ini adalah konfigurasi yang pas. Dan minim lag.
Untuk pergerakan karakternya juga lebih smooth meskipun harus berkorban dengan tampilan grafisnya yang tidak terlalu 3D. Sama seperti Mobile Legends, frame drop-nya bakal mulai terasa saat sedang tembak-tembakan brutal dengan musuh di medan perang.
Jadi, saat seru-serunya itu, frame drop-nya bisa turun dan inilah yang agak kurang bersahabat bila dipakai untuk bermain game. Saya juga mencoba Super Mecha Champion di Oppo A1k. Dan hasilnya game ini sebenarnya grafisnya lebih ke anime tapi entah kenapa, mungkin karena datanya lebih besar membuat terasa lebih berat saja dibandingkan PUBG Mobile.
Apalagi ketika saya perang di mode robot. Itu tuh, wah frame drop-nya bakal sangat terasa karena visual effects yang muncul lebih banyak dibandingkan di mode orang biasa.
Jadi, saran saya saat sebelum bermain game lakukan clear RAM dulu ya, karena ketika di mode game sisa RAM-nya benar-benar minimalis, di 300-400MB.
Lanjut, saya main game Asphalt 9 Legend. Dan problem yang sama kembali terjadi. Saya jadi ingat, sebelumnya saya pernah review Infinix Hot 7 Pro, yang kebetulan memiliki konfigurasi hardware yang sama, Helio P22 dan GPU PowerVR GE3820. Nah, ketika balapan di Asphalt 9 ini grafisnya itu sangat patah-patah parah. Frame drop-nya duh, tidak bisa dibayangkan deh pokoknya sungguh tidak enak dimainkan, patah-patahnya itu sangat terasa.
Performa OS dan UI
Saya pun jadi berpikir, ini antara hardware-nya yang payah atau memang game-nya tidak compatible untuk GPU tersebut. Mengingat Infinix Hot 7 Pro itu hardware-nya juga cukup bagus sih. RAM-nya saja 6GB, tapi kenapa masih patah-patah? Ya, apalagi di Oppo A1k ini yang RAM-nya cuma 2GB.
Nah, tadi kita ngobrol soal hardware-nya. Sekarang, bagaimana kalau kita membicarakan soal software-nya. Ya, Oppo A1k ini berjalan di sistem operasi Android Pie 9yang masih bisa dibilang cukup kekinian! Karena ‘kan belum ada versi Android yang terbaru lagi.
Ya, Android Pie ini dibalut oleh ColorOS versi terbaru yaitu ColorOS versi 6. UI-nya ini sekarang semakin smooth, semakin ringkas dan semakin enteng sajadan masih tetap ada fitur-fitur yang terbaru. Nah, di ColorOS versi 6 ini, pilihan tema-nya semakin banyakdan ada 1 fitur yang paling sering saya pakai yaitu fitur SmartBar. Apa itu?
Jadi, saat saya sedang membuka suatu aplikasi kemudian saya mau membuka aplikasi kedua saya tidak perlu kembali ke homescreen tapi saya cukup mengakses SmartBar, di sisi kanan atau kiri homescreen lalu pilih shortcut aplikasinya tadi. Semakin praktis, bukan?
Kemudian, kalau dilihat-lihat, sisi bodi belakang ini bersih ya? Tidak ada fingerprint scanner, di sisi depan juga tidak ada. Ya, satu-satunya sensor biometrik yang bisa dipakai di Oppo A1k ini hanyalah face unlock. Tidak ada fingerprint scanner ya. Nah, untuk performanya sendiri, face unlock ini sudah cukup ngebut apalagi ini smartphone Oppo, ini sangat responsif. Jadi, absen-nya fingerprint scanner bukan masalah yang berarti bagi saya.
Review kamera Oppo A1k
Di awal tadi saya sempat menyebutkan kalau huruf ‘k’ di Oppo A1k ini mewakili salah satu fitur yang saya suka dari smartphone ini. Ini analisa sederhana saya saja ya. Menurut saya, ‘k’ itu kameranya. Ya, kameranya ini cukup cakep untuk ukuran smartphone di bawah Rp 2 juta.
Padahal dari segi hardware-nya, biasa-biasa saja. Resolusi kameranya 8MP, bukaan lensanya f/2.2. Ukuran sensornya cuma 1.12 mikron. Tidak ada yang luar biasa bukan dari kamera smartphone ini? Tapi, ketika saya coba jepret-jepret di berbagai kondisi cahaya hasilnya sama-sama cakep.
Ya, untuk foto-foto outdoor, kamera smartphone Rp 1 jutaan sekarang sudah sama-sama cakep, dan memang sihdi Oppo A1k ini hasilnya sangat-sangat natural. Apalagi di sini ‘kan tidak ada AI ya. Sehingga hasilnya tidak terlalu lebay warnanya.
Kemudian, dari segi detail obyek, bisa ditangkap baik oleh kamera 8MP-nya. Nah, yang membuat saya cukup excited itu ketika saya foto-foto di kondisi indoor dan juga lowlight. Ternyata hasilnya bening juga!
Ini yang menjadi salah satu kelebihan kamera Oppo A1k. Biasanya kan kamera smartphone Rp 1 jutaan itu akan bisa menaikkan ISO. Memang sih lebih terang, tapi detil obyeknya jadi berantakan.
Nah, Oppo A1k ini malah sebaliknya. Noise-nya lebih minimalis, ISO-nya tidak terlalu tinggi dan detail obyeknya masih terjaga dengan baik. Sepertinya semakin ke sini, Oppo semakin mematangkan software kameranya.
Jadi, sekarang ‘kan trend-nya harga kamera itu tidak terlalu bagus tidak apa-apa, yang penting brand itu bisa memaksimalkan dari segi software.dan hasilnya juga bisa seperti ini juga. Ya, meski cuma punya 1 kamera saja Oppo A1k ini tetap bisa mengambil foto-foto bokeh atau Portrait Mode. Tapi objectnya harus manusia.
Jadi, kalau foto-foto pot bunga, atau action figure efek bokehnya tidak akan bisa keluar. Nah, untuk hasil foto-foto bokehnya, menurut saya, segini sudah cukup rapi selama diambil dengan angle dan juga jarak yang pas.
Nah, buat kamu yang hobby Selfie kamera depan Oppo A1k ini juga layak untuk dipertimbangkan sih. Hasilnya, kalau untuk cowok sih lebih lebay ya beauty face-nya. Tapi kalau untuk cewek, yang lupa make up kemudian ingin buru-buru selfie kamera depan 5MP di smartphone ini hasilnya sangat cetar, sudah gitu masih ada fitur bokeh atau Portrait Mode yang membuat foto selfie-nya menjadi lebih Instagramable.
Ya, saya cukup aprreciate dengan hasil kamera fotonya, tapi untuk kamera videonya tidak terlalu bagus. Untuk resolusi videonya mentok di Full HD 30fps. Tapi untuk hasilnya sih biasa-biasa saja. Karena kamera video ini tidak dibekali dengan fitur stabilisasi seperti OIS apalagi EIS. Hasil kamera videonya lebih gampang goyang dan efek gempa buminya lebih terasa di mana-mana. Ini pula yang menjadi salah satu kekurangan kamera Oppo A1k.
Daya tahan baterai
Selain kamera, salah satu kelebihan dan daya tarik dari Oppo A1k ini ada di kapasitas baterai-nya, yaitu 4000 mAh. 4000 mAh sekarang sudah tidak bisa dibilang kapasitas terbesar di kelasnya. Mengingat, smartphone di bawah Rp 2 juta sekarang yang baterainya serupa seperti ini sudah banyak. Sekarang pertanyaannya, seberapa lama daya tahan baterai 4000 mAh di Oppo A1k ini?
Ini saya cerita pengalaman pribadi saya. Saya bisa pakai Oppo A1k ini dalam waktu hingga 2 hari. Ya, benar, 2 hari! Ini saya pakai untuk beberapa macam hal. Mulai dari yang ringan sampai yang berat.
Dalam waktu 2 hari ini, saya pakai untuk Social Media, browsing, streaming YouTube dan juga Netflix, mendengarkan musik, kemudian menguji kamera foto dan juga kamera video dan tetap main game online yang mana lebih intens menghabiskan baterai. Sayangnya di Oppo A1k ini tidak bisa melihat screen on time. Tapi setidaknya, saya bisa merekap battery life-nya lewat PCMark.
Baterai 4000 mAh di Oppo A1k ini bisa tahan sampai 13 jam. Dengan tingkat kecerahan layar di 50%. Impressive, bukan?! Nah, untuk mengisi baterai 4000 mAh ini, Oppo sudah memberikan charger bawaan dengan output 5V/2A 10 Watt, tapi belum fast charging.
Dari 10% sampai 50% atau terisi setengah membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Naik ke 80% itu butuh waktu sekitar 90 menit. Dan baru benar-benar terisi penuh 100%, total lama charging yang dibutuhkan adalah 2 jam 21 menit.
KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya, Oppo A1k ini lebih cocok untuk siapa? Kalau kamu mencari smartphone budget yang skor Antutu-nya harus di atas 100 ribu kemudian kamu itu orang yang doyan multitasking dan kamu itu lebih sering bermain game di smartphone menurut saya sih, sebaiknya segera coret Oppo A1k ini dari daftar.
Tapi, kalau kamu itu mencari smartphone budget yang hasil kameranya lumayan cakep untuk berbagai kondisi cahaya mau itu daylight atau lowlight, baik itu kamera depan dan juga kamera belakang. Kemudian, kamu itu kangen oleh smartphone yang punya finishing doff pada bodi seperti ini dan kamu itu tidak mau ketergantungan dengan colokan listrik atau ribet lah bawa-bawa powebank kemana-mana. Saya rasa Oppo A1k ini salah satu smartphone yang cukup direkomendasikan.
Dengan harga di bawah Rp 2 juta, sebenarnya ada beberapa smartphone yang lebih recommend daripada Oppo A1k ini. Semisal ASUS Zenfone Max Pro M1, di mana kamu bisa mendapatkannya dengan harga yang lebih murah, sudah dapat prosesor yang lebih ngebut dan baterai yang lebih besar. Atau saudaranya sendiri, yaitu Realme C2 yang harganya juga lebih murah tapi bisa mendapat dual-camera.
Tapi ya kembali lagi, ini adalah Oppo, brand smartphone yang cukup established di Indonesia yang memiliki pabrik sendiri dan ketersediannya di mana-mana, pangsa pasarnya sudah luas, tidak cuma di kota-kota besar tapi sudah mencangkup di berbagai daerah. Murah atau mahal? Semuanya kembali pada selera, kebutuhan dan yang pasti budget kamu. Oke, sekian dulu review kelebihan dan kekurangan Oppo A1k. Semoga bermanfaat!